Thursday, June 27, 2013

Kemana Alokasi Anggaran Subsidi BBM Dilarikan

Kenaikan harga BBM pada 22-Juni-2013 memang sudah disosialisasikan oleh pemerentah Indonesia kepada masyarakat melalui media cetak maupun elektronik. Dampak dari kenaikan harga BBM juga menjadi topik utama di beberapa media cetak dan elektronik di Indonesia (baik untuk skala daerah maupun skala nasional). Sebenarnya berapa jumlah penghematan yang didapatkan pemerintah dengan menaikkan harga BBM bersubsidi ini.?


Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi jenis premium dari Rp. 4.500 / Liter menjadi Rp. 6.500 / Liter dan Solar dari Rp. 4.500 / Liter menjadi Rp. 5.500 / Liter. Selain menaikkan harga BBM bersubsidi pemerintah juga menaikkan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun 2013 ini dari sebelumnya 46 juta kiloliter menjadi 53 juta kiloliter. Dengan menaikkan harga BBM pemerintah memprediksi akan menghemat anggaran sebesar 38 Triliun rupiah.

Lalu kemana anggaran tersebut akan dialirkan..???
Ke kantong elite politik kah..?? Ke masyarakat kah..??? Atau kemana..???

Pemerintah akan mengucurkan bantuan melalui program penguatan dan perluasan perlindungan sosial (P4S) dan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM). Firmanzah menguraikan bahwa bantuan P4S ini meliputi subsidi pangan dengan program Raskin sebesar Rp 4,3 triliun, program keluarga harapan (PKH) Rp 728,8 miliar, dan bantuan siswa miskin (BSM) Rp 7,8 triliun. Sementara dana BLSM sebesar Rp 14 triliun untuk diberikan kepada 15,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) sebesar Rp 150.000 selama lima bulan, dan maksimum enam bulan.

Oke itu wacana pemerintah, lalu bagaimana dengan pendapat masyarakat khususnya pengguna kendaraan bermotor yang paling dirugikan karena anggaran pengeluaran mereka akan membengkak..???

Pengguna kendaraan bermotor pada umumnya tidak menolak kenaikan harga BBM bersubsidi dan alokasi anggaran subsidi BBM tersebut. Tetapi ada sebagian besar pengguna kendaraan bermotor yang kesehariannya adalah meneguk premium dan solar berpendapat bahwa "ada baiknya jikalau alokasi anggaran tersebut sebagian besarnya digunakan untuk memperbaiki infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, tol, pelabuhan, dll".

Kondisi jalan raya di Indonesia terbilang sangat memprihatikan, dengan ruas jalan yang sudah tidak dapat lagi menampung jumlah kendaraan yang ada sehingga hampir di semua tempat terjadi kemacetan yang panjang. Seharusnya pemerintah sudah dari dahulu menambah lebar jalan raya di Indonesia khususnya kota-kota besar. Selain menambah lebar jalan juga, ditambah jalur-jalur alternatif sehingga penumpukan kendaraan bisa dihindari.  Selain sedikitnya julah jalan dan kurang lebarnnya jalanan yang ada, jalan rusak juga ada di banyak tempat.

Kita kalkulasi sedikit mengenai pengeluaran anggaran kendaraan (baik angkutan umum maupun angkutan barang), apabila 1 mobil setiap hari menghabiskan 20 liter bensin. Dengan harga bensin yang masih 4.500 maka anggaran mereka adalah Rp. 90.000, dengan harga bensin yang sudah Rp. 6.500 / Liter berarti mereka harus mengeluarkan uang p. 130.000 / harinya. Apabila dari jumlah tersebut 5 liter diantaranya dihabiskan dalam kemacetan, berarti mereka harus membuang uang Rp. 32.500 sia-sia. Apabila tidak ada macet berarti pengeluaran mereka setelah kenaikan BBM adalah Rp. 97.500, jumlahnya tidak terlalu jauh dengan ketika bensin belum naik.
ini hanyalah perhitungan simplenya, perhitungan sesungguhnya akan sangat lebih rumit lagi.

Jadi mengapa harga-harga barang dan jasa melejit naik ketika harga BBM bersubsidi dinaikkan karena dari segi transportasi saja sudah banyak pengeluarannya. Jadi apabila infrastruktur Indonesia ini dibenahi, kenaikan harga barang dan jasa akan dapat ditekan seminimal mungkin.
Sekian dahulu berita tentang "Kemana Alokasi Anggaran Subsidi BBM Dilarikan", saya triple zet melaoprkan langsung dari depan komputer.


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment

Silahkan tanggapi artikel ini dengan bahasa yang baik dan benar

Note: Only a member of this blog may post a comment.