Triple Zet diambil dari kompas.com - Menteri keuangan Agus Martowardjojo menyatakan "Kita tahun lalu hadapi dinamika harga BBM dan listrik tidak bisa
disesuaikan. Namun, di 2013 ini, kita sudah bisa menyesuaikan tarif
listrik. Untuk BBM pun tidak tertutup kemungkinannya (disesuaikan)".
Berdasarkan perhitungan pemerintah, Agus memprediksi apabila pengendalian dan
penghematan konsumsi BBM bersubsidi tidak dilakukan sebelum semester
satu tahun ini berakhir. Maka, kuota BBM bersubsidi
yang dipatok sebanyak 46 juta kilo liter dalam APBN 2013 dapat
terlampaui. Bila kuota sebesar itu kembali terlampaui seperti yang terjadi pada kuota BBM bersubsidi pada 2012,
defisit neraca keuangan akan semakin besar.
Agus menambahkan "Kami ingin pengendalian (konsumsi BBM) yang efektif, yang bisa membuat
kuota itu terjaga. Pengendalian itu harus dilakukan sedini mungkin.
Komitmen pemerintah akan menjaga kesehatan fiskal". Apabila pengendalian ini tidak efektif maka pemerintah harus mengambil dana dari pos belanja negara yang lainnya, hal ini tentu akan berdampak pada perlambatan ekonomi Indonesia. "Selain pemotongan anggaran, alternatif lain yaitu penyesuaian harga BBM" sambung Agus.
Kuota BBM bersubsidi pada tahun ini dipatok sebesar 46,01 juta kilo liter. Untuk pemakaian BBM bersubsidi pada bulan januari - febuari 2013 telah terlampui 0,7 % dari alokasi BBM bersubsidi untuk ke-dua bulan tersebut. Perkiraan pemakaian BBM bersubsidi tahun ini adalah berkisar antara 48 - 50 juta kilo liter, apabila BBM bersubsidi tidak jadi dinaikkan seperti pada tahun lalu maka beban anggaran negara untuk menutupi kekurangan anggaran subsidi BBM semakin membengkak. "Kalau harga BBM naik, tidak akan jebol kuotanya. Ini kan orang jadi
berhemat. Itu memang ada hitungannya sendiri, yang biasanya boros
(BBM), kini semakin berkurang konsumsinya (karena dinaikkan)" kata
Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng saat Serah Terima Jabatan Wakil
Menteri ESDM yang lama dan baru di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta
Menurut Andy, kuota BBM bersubsidi diperkirakan akan tetap melebihi
batas tahun ini. Hal itu terbukti dari pengalaman di tahun lalu yang
sudah tiga kali mengajukan penambahan kuota BBM bersubsidi dari semula
40,1 juta kiloliter, lalu menjadi 44,04 juta kiloliter, dan akhirnya
menjadi 45,2 juta kiloliter. Bahkan, tambahan 1,23 juta kiloliter BBM
bersubsidi di akhir 2012 lalu itu dimintakan ke anggaran kuota BBM
bersubsidi di tahun 2013.
Kini, pemerintah telah menggunakan
sistem informasi untuk pengendalian BBM bersubsidi. Kendati demikian,
hal tersebut tidak akan menjamin bahwa kuota BBM bersubsidi akan tetap
aman dan lepas dari bayang-bayang penambahan kuota BBM alias jebol.
"Pembatasan IT di sistem Pertamina itu hanya akan menahan konsumsi BBM
bersubsidi. Bila tadinya 48 juta KL, kini dikurangi 1,5 juta KL menjadi
46,5 juta KL. Tapi, itu kan masih tinggi" tambahnya.
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menawarkan tiga usulan skema pengendalian subsidi BBM yaitu :
- menaikkan harga BBM sebesar Rp 500 per
liter.
Dengan berpatokan harga premium menjadi Rp. 5.000 / Liter terbilang kenaikan ini tidak berpengaruh besar pada kenaikan harga barang dan jasa lainnya. - diversifikasi bahan bakar yang dimulai dari mengalihkan
bahan bakar angkutan umum dan barang dari BBM ke gas.
Sebagian angkutan umum sudah menggunakan BBG, dan yang lainnya akan menyusul. - membatasi
konsumi BBM bersubsidi dengan melarang kendaraan pribadi roda empat
untuk menggunakan BBM bersubsidi.
Kebanyakan mereka yang mampu membeli mobil tidak mungkin tidak mampu untuk membeli BBM Non Subsidi.
Agar efektif, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro bilang tiga
usulan ini harus berjalan bersamaan. Nah sekarang tergantung pemerintah pusat apakah akan menaikkan harga BBM bersubsidi atau tidak.?
No comments:
Post a Comment
Silahkan tanggapi artikel ini dengan bahasa yang baik dan benar
Note: Only a member of this blog may post a comment.